Tangerang, KP – Upaya mengurangi sampah organik sejak dari rumah selalu menjadi komitmen Golden Waste. Limbah organik dikonversi sehingga menghasilkan maggot black soldier fly (BSF) dengan produksi sekitar 200-250 kilogram (kg) per minggu. Selain pupuk, komunitas tersebut juga mengembangkan maggot kering secara rutin.
David Laiherman selaku salah satu inisiator Golden Waste mengatakan sejak tiga tahun lalu pihaknya konsisten membangun kemitraan dalam mengurangi sampah. Maggot sebagai salah satu hasil dari koncersi sampah terseut kemudian diolah menjadi sejumlah produk turunan.
“Sekarang kami sudah mulai rutin memproduksi maggot kering. Ini bisa bertahan lama dan manfaatnya pun sangat banyak. Kalau ada yang berminat bisa menghubungi 08118899527 atau 0816709673,” ujar David, Jumat (12/5/2023).
Dia menjelaskan, penjualan maggot kering itu bisa diantar atau ambil sendiri di lokasi produksi kawasan Citra Raya, Tangerang. Program ini merupakan tindak lanjut dari kemitraan Golden Waste di tempat pembuangan sampah (TPS) Citra Raya, Desa Ciakar, Panongan, Kabupaten Tangerang, Banten. Saat ini, sekitar 3850 kg (3,85 ton) limbah organik per minggu yang diolah oleh jajaran Golden Waste dan akan terus meningkat.
“Saat ini sekitar 2 kuintal maggot per minggu dan akan terus meningkat karena semakin banyak limbah organik yang diolah. Sebelumnya sudah rutin menghasilkan kasgot sebagai alternatif pupuk organik super yang memperbaiki struktur tanah. Bagi masyarakat ingin belajar atau menggunakan produk olahannya silahkan menghubungi kami,” ujarnya.
Secara terpisah, Dinas Lingkungan Hidup Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), kini mulai memproduksi maggot kering sebagai pakan ternak baik untuk ikan maupun unggas di Mataram Maggot Center (MMC) Kebon Talo, Ampenan.
“Hanya saja, produksi maggot kering untuk saat ini masih terbatas atau sesuai permintaan,” kata Direktur Pengelola Mataram Maggot Center (MMC) Kamaruddin.
Kamaruddin mengatakan, saat ini pengolahan maggot kering dalam seminggu sekitar 10 kilogram. Permintaan maggot kering biasanya dari para penghobi ikan koi, dan ayam jago.
Adapun pasaran di Mataram, harga maggot kering mencapai Rp 70.000 per kilogram, sementara maggot basah sekitar Rp 6.000-Rp7.000 per kilogram.
“Kalau permintaan banyak, kita lebih baik membuat maggot kering karena harganya lebih tinggi. Akan tetapi permintaan maggot basah saat ini masih tinggi terutama dari peternak ikan dan unggas,” katanya.
Menurut dia, seperti ditulis Antara, untuk menghasilkan satu kilogram maggot kering dibutuhkan tiga kilogram maggot basah. Selain maggot kering, MMC saat ini juga sedang uji coba pengolahan tepung maggot untuk menjadi pelet atau pakan ikan air tawar. [SP]
Be the first to comment