Imbas Gula Mahal, Harga Makanan Olahan Bakal Naik 10% Awal 2024

Jakarta, KP – Gabungan Produsen Makanan Minuman Indonesia (Gapmmi) memprediksi harga produk makanan dan minuman olahan akan naik 10% pada awal 2024. Hal tersebut disebabkan oleh naiknya harga gula rafinasi sepanjang tahun ini.

Ketua Umum Gapmmi Adhi S. Lukman mengatakan harga gula rafinasi telah naik lebih dari 60% sepanjang 2023. Dia mencatat harga gula rafinasi saat ini telah menembus Rp 13.000 per kilogram (kg). Sementara itu, harga gula melalui skema lelang berkisar antara Rp 12.800 dan Rp 12.900 per kg.

“Normalnya, harga gula rafinasi di bawah Rp 10.000 per kg, sekitar Rp 8.000 sampai Rp 9.000 per kg. Sudah jauh dari normal harga gula rafinasi saat ini,” kata Adhi, Kamis (14/9).

Adhi meramalkan harga gula rafinasi akan terus menanjak hingga akhir tahun ini. Hal tersebut disebabkan oleh kebijakan larangan ekspor gula oleh India mulai Oktober 2023.
Dia menyatakan pabrikan makanan dan minuman olahan lokal masih dapat mendatangkan gula rafinasi dari Thailand, Brasil, dan Australia. Akan tetapi, dampak dari pelarangan ekspor India akan terasa pada harga gula rafinasi global.

“Harga gula rafinasi akhir tahun ini atau awal tahun depan perasaan saya akan naik lagi, tapi enggak sebesar tahun ini kenaikannya. Harga gula rafinasi bisa lebih dari Rp 14.000 per kg,” ujarnya.

Selain gula rafinasi, Adhi memprediksi harga gula konsumsi pun akan naik pada tahun ini. Adhi menjelaskan kenaikan harga gula konsumsi didasari oleh penyusutan volume produksi secara global akibat El Nino.

Badan Pangan Nasional mendata rata-rata nasional harga gula konsumsi per September 2023 senilai Rp 14.780 per kg. Angka tersebut naik 3,14% dari capaian September 2022 senilai Rp 14.330 per kg. Walau demikian, rata-rata nasional harga gula konsumsi bulan ini telah melampaui rekor tahun lalu atau senilai Rp 14.760 para Mei 2022. Secara tahun berjalan, harga gula konsumsi telah naik 3,5% dari capaian akhir 2022 senilai Rp 14.280 per kg.

Adhi menyatakan harga gula konsumsi pada tahun depan pun akan tumbuh. Hal tersebut disebabkan oleh berlarutnya El Nino hingga Januari 2024. Dia menjelaskan mayoritas gula berasal dari tebu, sementara itu tebu memiliki masa tumbuh hingga panen selama 10 bulan. Waktu tanam tebu umumnya dilakukan pada Desember-Januari.

Adhi menilai El Nino yang terus berangsur hingga awal 2024 akan membuat pemberian air pada masa awal penanaman tebu akan berkurang. Menurutnya, hal tersebut akan berdampak negatif pada volume produksi gula sepanjang tahun depan. “Perkiraan saya volume produksi akan turun untuk gula konsumsi. Sementara itu kebutuhan makin naik karena jumlah penduduk makin banyak. Ini harga gula konsumsi akan naik terus,” ujarnya.

Berdasarkan data Bank Dunia, pada Mei 2023 rata-rata harga gula global mencapai USD 0,56 per kilogram (kg). Harga tersebut naik 5,6% dibanding April 2023 (month-on-month), melonjak 30,2% dibanding Mei 2022 (year-on-year), sekaligus menjadi rekor termahal dalam sedekade terakhir. [KP-02]

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*