Belajar dari Korsel, Kuntoro Sukses Usaha Melon di Tanah Laut-Kalsel

Banjarbaru – Pengalaman selama magang di Korea Selatan merupakan salah satu motivasi bagi Prastio Kuntoro dalam budidaya melon dengan sistem smart farming. Kesuksesan dalam bisnis melon di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan tersebut, tidak lepas dari keikutsertaannya dalam program Youth Entrepreneur and Employment Support Services (YESS).

Hal itu disampaikan Prastio Kuntoro dalam webinar Millenial Agriculture Forum (MAF) Volume 5 Edisi 3 dengan tema Bertani Lokal Inspirasi Korea pada Sabtu (20/1/2024).  MAF merupakan program rutin dari Pusat Pendidikan Pertanian (Pusdiktan), Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Kementerian Pertanian (Kementan). Penyelenggaraan MAF dibuka Kepala Pusdiktan Dr Idha Widi Arsanti yang mewakili Kepala BPPSDMP Prof Dedi Nursyamsi.

Idha menjelaskan Kuntoro merupakan sosok petani muda yang mengalami banyak perkembangan setelah mengikuti berbagai program YESS. Kuntoro dinilai mempunyai kemauan kuat untuk maju dan mengikuti berbagai tahapan untuk mengembangkan usahanya.

Baca : Kementan Kukuhkan 50 Young Ambassador Agriculture

“Kami ikut senang dan bangga karena Kuntoro sudah menjadi petani yang berhasil. Perkembangannya sangat bagus dibandingkan ketika bertemu dengan beliau beberapa tahun lalu,” kata Idha saat membuka MAF yang digelar oleh para siswa dari Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian Pembangunan (SMK-PP) Negeri Banjarbaru, Kalsel.

Dikatakan, Kuntoro merupakan salah satu sosok yang perlu dijadikan contoh agar generasi muda tidak perlu khawatir terjun dalam usaha hulu dan hilir pertanian. Pertanian dalam arti luas masih menyimpan potensi sebagai potensi wirausaha yang menjanjikan masa depan.

Kuntoro mengakui dirinya sangat termotivasi ketika mengikuti pelatihan dan magang di Korea Selatan (Korsel). Pendekatan smart farming yang lebih mengutamakan teknologi maka berbagai kendala dan risiko budidaya pertanian bisa diminimalisir.

“Saya juga awalnya petani konvensional, setelah mengikuti program magang di Korea Selatan, saya menjadi sangat termotivasi. Saya menilai sistem pertanian modern di Korea Selatan patut diadopsi karena faktor cuaca yang tidak menentu, serangan hama dan hal-hal menakutkan lainnya, bisa diatasi,” jelas pria asal Desa Ranggang, Kecamatan Takisung.

Dengan smart farming, katanya, sejumlah kendala dan kesulitan pertanian bisa diatasi dan berbagai hal terkait dengan budidaya pertanian pun bisa terukur. Pemanfaatan pestisida, pupuk, dan tenaga kerja menjadi lebih efisien sehingga hasilnya lebih optimal.

“Biaya dan risiko kegagalan menjadi minim, hasilnya lebih optimal,” ujarnya.

Salah satu metode smart farming yang digunakan Kuntoro adalah sistem hidroponik buah melon dalam greenhouse dengan biaya produksi yang bisa ditekan. “Setelah saya terapkan pertanian modern, HPP (harga poko produksi) begitu rendah dan biayanya tidak mahal. Lalu  kualitas bagus dan keberhasilannya mencapai 90%,” kata Kuntoro.

Budi Santoso selaku Kepala SMK-PP Negeri Banjarbaru mengatakan Prastio terdaftar sebagai penerima manfaat Program YESS dan mendapatkan berbagai pelatihan dan pendampingan hingga magang di Korsel.

Seperti diketahui, YESS merupakan program kerja sama antara Kementan dengan International Fund For Agricultural Development (IFAD). YESS Programme dirancang untuk menghasilkan wirausahawan muda pedesaan serta menghasilkan tenaga kerja pertanian yang kompeten.

Melalui Program Youth Enterpreneurship and Employment Support Service (YESS), Kementerian Pertanian menciptakan wirausaha milenial yang tangguh dan berkualitas. [KP-3]

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*