Pangan Harus Berbasis Keluarga, Kebutuhan Selama Pandemi Makin Tinggi

Diskusi ARM HA IPB.

Bogor, Kabarpangan.com – Ketahanan pangan berbasis keluarga yang ditopang dengan kecukupan gizi menjadi solusi mengatasi pandemi Covid-19. Donasi dan ketersediaan pangan semakin dibutuhkan sebagai penopang menjaga kesehatan warga.

Demikian salah satu benang merah dalam dalam Bincang-Bincang Aksi Relawan Mandiri Himpunan Alumni Institut Pertanian Bogor (HA IPB) di Bogor, Minggu (13/12/2020). Hadir sebagai pembicara adalah Ketua IPB SDGs (Sustainable Development Goals) Network Bayu Krisnamurthi, Sosiolog Universitas Indonesia (UI) Imam Prasodjo, Presiden Aksi Cepat Tanggap (ACT) Ibnu Khajar, dan Kepala Lembaga Pemberdayaan Peternak Mustahik (LPPM) BAZNAS, Ajat Sudarjat.

Dikatakan, konsumsi pangan tidak sekadar pada produksi, kecukupan dan aspek sosial atau budaya, tetapi juga kesadaran dan pengetahuan gizi.
Menurut Bayu, penanganan urusan pangan dan gizi ini menjadi penting karena pandemi telah menimbulkan dampak serius ke berbagai sektor, termasuk kemampuan masyarakat dalam menyediakan, menjangkau, dan memanfaatkan bahan pangan bagi keluarga.

Wakil Menteri Perdagangan periode 2011-2014 menjelaskan persoalan konsumsi pangan dan ketidakcukupan gizi seperti ancaman stunting pada anak menjadi problem yang harus dicarikan solusinya mulai dari keluarga.
Menurut Bayu, ketahanan pangan itu bukan hanya persoalan produksi, tetapi juga ditentukan oleh faktor distribusi, pengolahan, penyimpanan, hingga konsumsi.

Baca : Sehat di Kebun Singkong Sentul, Menelusuri Tapioka hingga Onggok dan Opak

Sementara itu, Presiden Aksi Cepat Tanggap (ACT) Ibnu Khajar mengungkapkan pandemi Covid-19 tidak hanya bicara soal kesehatan melainkan juga soal ketersediaan pangan. “Yang mengagetkan, banyak rumah sakit menelepon kami bahwa tenaga medis tidak punya suplai makanan,” ujarnya.

Call Center ACT yang sebelumnya untuk konfirmasi donasi, kini 70 persen lebih menanyakan bantuan pangan. Termasuk pula mesjid-mesjid mitra ACT, mayoritas menghubungi untuk menginformasikan bahwa jamaahnya amat membutuhkan bantuan pangan karena persediaan menipis.

Baca : Tani Center IPB University Umumkan Lomba Menulis dan Video Kreatif

ACT mendistribusikan bantuan pangan menggunakan armada rice truck dan water truck. Operasi Makan Gratis dilakukan menyasar pekerja informal, ojek online, dan buruh yang di-PHK. Saat ini tengah dikembangkan program Lumbung Beras Wakaf di Blora yang membina pengelolaan 1.000 hektare sawah, dan ditingkatkan menjadi 5.000 hektare. “Untuk hal ini, ACT berkolaborasi dengan YP3I (Yayasan Penguatan Pesantren Indonesia) dalam aktivasi lahan pertanian di 28.000 pesantren di Indonesia untuk program ketahanan pangan,” ujarnya dalam keterangan tertulis.

Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) juga melakukan hal mirip melalui pendekatan mengembalikan daya beli, melalui Bantuan Tunai Mustahik (BTM) untuk 20.000 keluarga dan dukungan paket logistik keluarga. Ada pula Program Bank Makanan yang bekerja sama dengan pengelola hotel-hotel untuk membantu masyarakat sekitar yang terancam kebutuhan pangannya.
Kepala Lembaga Pemberdayaan Peternak Mustahik (LPPM) BAZNAS, Ajat Sudarjat, memaparkan program pendayagunaan pangan, mulai dari Lumbung Pangan, Kebun Keluarga Indonesia, Pertanian Terpadu, hingga Balai Ternak buat masyarakat di berbagai daerah. [KP-03]

kabarpangan.com || kabarpangan.id@gmail.com

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*