Depok, Kabarpangan.com – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyebutkan sektor pertanian merupakan penyumbang tertinggi penanaman modal dalam negeri (PMDN), yakni Rp 7,1 triliun. Salah satu pendorong investasi di sektor pangan itu karena populasi 260 juta jiwa dan tingkat konsumsi pangan yang tinggi.
Hal ini diungkapkan Suharyo Husein dari Kadin Indonesia yang hadir pada Rapat Koordinasi (Rakor) Percepatan Investasi Bidang Tanaman Pangan di Depok, beberapa waktu lalu.
Oleh karena itu, menurut Suharyo, ada beberapa usulan kebijakan guna menderaskan investasi khususnya di bidang tanaman pangan. Misalnya, penyediaan lahan bagi perluasan produksi, menyediakan infrastruktur pendukung, mempercepat perluasan dan peningkatan kapasitas pelabuhan, peningkatan produktivitas, menghapus bea masuk atas impor beberapa produk dan penguatan kemampuan pemasaran.
“Contoh konkretnya bentuk Food Estate terutama corn estate sebagai salah satu alternatif. Investasi dengan ekstensifikasi ini bisa dilakukan baik dengan pola inti plasma, maupun kerjasama penuh dengan petani,” tambah Suharyo.
Suharyo menyatakan selama ini terdapat beberapa variabel yang menjadi penghambat investasi. Yakni inkonsistensi regulasi, pajak, tenaga kerja, ketersediaan lahan dan kualitas infrastruktur.
“Yang paling signifikan sebenarnya adalah ketersediaan lahan, infrastruktur, teknologi dan akses terhadap teknologi, pembiayaan dan iklim usaha. Itu yang harus kita cari solusinya,” terangnya.
Sementara itu, Alex, salah satu pengusaha tepung tapioka asal Surabaya menyatakan siap meningkatkan investasi di bidang pasca panen tanaman pangan, seperti menghasilkan beras analog. Hal ini dipastikan dapat meningkatkan pendapatan petani.
“Teknologi pascapanen sangat penting untuk menghasilkan keuntungan petani yang lebih besar. Dengan teknologi budidaya, seperti halnya di lahan kami dari 1 hektar sebanyak 5.400 batang bisa menghasilkan 150 ton singkong. Tepung tapioka ini diolah lebih lanjut menjadi beras analog,” jelasnya dalam keterangan tertulis.
“Target kami bisa mensuplai beras analog untuk diabetes dengan produksi 25 ton per hari. Kami siap bekerjasama dan meningkatkan pendapatan petani dengan upaya bersama meningkatkan teknologi pascapanennya,” tandas Alex
Pada kesempatan yang sama Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Suwandi, menyatakan pihaknya terus mendorong investasi dan ekspor sektor pertanian.
“Petani kalau disuruh membangun usahataninya pasti kesulitan, maka perlu adanya investasi untuk membangun sektor tanaman pangan. Potensi yang ada di tanaman pangan tidak hanya dari sisi on farm saja tapi juga hilir,” ungkap Suwandi
Suwandi membeberkan ada beberala langkah nyata guna percepatan ekspor dan investasi, salah satunya dengan membangun industri pertanian di desa. Terobosan ini akan menciptakan keseimbangan kota dan desa. Desa dikembangkan menjadi industrialisasi berbasis agro karena lebih dekat bahan baku, tenaga kerja dan lahan tersedia, plus didukung infrastruktur, kota menjadi pusat pasarnya. [KP-05]
kabarpangan.com // kabarpangan.id@gmail.com
Be the first to comment