Industri Mamin Impor 80% Bahan Baku

Ilustrasi makanan halal.

Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) masih mengandalkan 80% kebutuhan bahan baku dari impor akibat ketidaktersediaan di dalam negeri. Beberapa bahan baku tersebut antara lain terigu, garam, gula, pewarna, dan perasa. Bahan baku impor itu bisa dicegah jika terdapat fasilitas research and development (R&D) yang terkini dan modern. Saat ini, fasilitas R&D di Indonesia masih kecil, dan baru ada lima pabrik ekstrasi yang beroperasi.

“Industri mamin sama dengan industri farmasi dimana bahan bakunya masih banyak yang berasal dari impor. Impor sebenarnya tidak dilarang, namun harus dibatasi agar tidak merusak fundamental ekonomi,” kata Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) Adhi Lukman di Jakarta, Rabu (4/7).

Adhi mengatakan, ketergantungan terhadap bahan baku impor bisa dicegah asalkan pemerintah dan pelaku usaha bekerja sama. “Impor bisa dicegah jika ada dukungan dari pemerintah karena pelaku usaha tidak bisa bekerja sendiri,” ujar dia.

Pelaku usaha, menurut Adhi, berharap adanya dukungan pemerintah dalam bentuk pemberian insentif berupa tax holiday. Sebelumnya, pemerintah telah merevisi persyaratan minimum nilai investasi untuk mendapatkan tax holiday, yakni dari Rp 1 triliun menjadi Rp 500 miliar.

Gapmmi, kata dia, meminta agar nilai minimum investasi untuk mendapatkan tax holiday kembali diturunkan menjadi Rp 100 miliar. Persyaratan nilai investasi sebesar Rp 500 miliar dianggap masih terlalu tinggi, karena hanya industri hulu yang bisa berinvestasi dengan nilai sebanyak itu, sedangkan industri hilirnya kebanyakan hanya berskala kecil dan menengah.

“Pemerintah sedang mempertimbangkan usulan Gapmmi dan segera memberikan jawaban secepatnya,” ujar dia.
Adhi meyakini, jika pemerintah kembali menurunkan batasan nilai investasi untuk mendapatkan fasilitas tax holiday, industri hulu dan hilir di sektor mamin akan berkembang. Sehingga, industri mamin dapat menghasilkan produktivitas tinggi dan bisa mengurangi bahan baku impor.

Dia menambahkan, bahan baku impor juga bisa dicegah jika terdapat fasilitas research and development (R&D) yang terkini dan modern. Saat ini, fasilitas R&D di Indonesia masih kecil, dan baru ada lima pabrik ekstrasi yang beroperasi.

Sementara itu, untuk mengembangkan potensi bahan baku mamin dan memperluas akes pemain industri, Gapmmi bekerja sama dengan UBM Asia menggelar Food Ingredients Asia (Fi Asia) ke-4 di JiExpo, Jakarta pada 3-5 Oktober 2018. Fi Asia akan mempertemukan penyedia bahan baku domestik maupun internasional, distributor, dan produsen mamin.

Group Director Asean UBM Asia (Thailand) Co Ltd Rungphech Chitanuwat mengatakan, Food Ingredients Asia 2018 terbuka untuk para pelaku usaha, ahli teknologi pangan, pengolahan makanan, dan produsen makanan. Fi Asia menghadirkan lebih dari 750 peserta mamin lokal, regional dan internasional selain itu terdapat lebih dari 60 sesi konferensi dan seminar teknis mengenai food ingredients. [KP-04]

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*