Sinergisitas Even Budaya dan Olahraga Bangkitkan Pariwisata Pasca Pandemi

Sekjen PKB Hasannudin Wahid
Sekjen PKB Hasannudin Wahid dan anggota Komisi X DPR RI. (Ist)

Kinerja sektor pariwisata Indonesia merosot sejak pandemi Covid-19 awal Maret 2020 lalu. Jumlah kunjungan wisatawan asing turun hingga 80 persen. Namun, sesuai tren beberapa tahun terakhir sebelum pandemi, kita optimistis industri pariwisata tetap menjanjikan. Optimisme memang beralasan karena sebelum Covid-19, industri pariwisata bertumbuh pesat dan merupakan penghasil devisa terbesar setelah sektor minyak dan gas bumi. Selain itu, pariwisata menciptakan lapangan kerja serta menggerakkan sektor usaha kecil dan menengah (UKM).

Adapun penyerapan tenaga kerja industri pariwisata pada tahun 2019 mencapai 13 juta orang. Data Nesparnas (Neraca Satelit Pariwisata Nasional) menyeburkan kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) berada pada angka 4,7 persen pada 2019 lalu. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menargetkan kontribusi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) naik menjadi 10-12 persen dalam 5-10 tahun ke depan.

Indonesia memang wajar optimistis karena memiliki potensi industri budaya dan olah raga yang sangat besar. Sosiolog Clifford Geertz pernah berkata Indonesia merupakan miniatur dunia. Semua arus kultural sepanjang tiga milenia, mengalir memasuki Nusantara mulai dari India, Cina, Timur Tengah dan Eropa. Semua kultur dunia terwakili di tempat-tempat tertentu, seperti di Bali yang Hindu; permukiman Cina di Jakarta, Semarang dan Surabaya; pusat-pusat Muslim di Aceh, Makassar dan dataran tinggi Padang; daerah-daerah Minahasa dan Ambon yang Calvinis; dan daerah-daerah Flores yang Katolik. Makanya Indonesia kaya dengan even budaya yang unik dan eksotis sehingga mampu memikat kunjungan wisatawan asing.

Baca : Bangkit, Jadi Bangsa Tangguh Dengan Pendidikan Kewarganegaraan

Selain ragam budaya, Indonesia pun kaya dengan even olahraga, baik yang bertaraf lokal, maupun nasional dan internasional. Beberapa di antaranya seperti Festival Film Indonesia (FFI), festival Sekaten di Keraton Solo dan Yogyakarta, Karapan Sapi di Madura, Reog Ponorogo, Pesta Kesenian Bali, Gawai Dayak, Ya’ahowu Nias Festival, Festival Danau Toba, Pesta Caci di Manggarai, Flores dan lain-lain. Untuk industri olahraga, Indonesia memiliki banyak sekali even. Ada even olahraga sepak bola seperti babak penyisian kejuaraan Asia pada Oktober mendatang, Piala Presiden, Kejuaraan Sepak Bola Dunia kelompok umur U20 tahun 2023, Kejuaraan Bulu Tangkis, Turnamen Basket, Volley, Balapan Motor, Balap Sepeda. Lomba Perahu Layar, PON, dan lain-lain.

Dari setting aktivitas, industri olahraga Indoensia memiliki lebih dari 1.400 aktivitas, mulai dari cabang olahraga khusus, olah raga multievent, olahraga kampus, media peliputan, sponsor olahraga, layanan profesional, fasilitas pendukung olahraga sepeti kostum, event/turnamen hingga pameran olahraga. Untuk segmen sport production, ada banyak yang perlu ditangani, seperti produksi bola kaki, bola volley, bola basket, bola tenis, shuttlecock, raket badminton, bola pingpong, sepak takraw, raket tenis, bulutangkis, tenis, pingpong, sepatu olahraga, kostum olaharga dan banyak hal lain. Segmen ini melibatkan UMKM dan menyerap puluhan ribu tenaga kerja.

Baca : Tani Center IPB University Umumkan Lomba Menulis dan Video Kreatif

Sayangnya, pandemi menyebabkan berbagai even olahraga ditunda. Salah satunya, Pengurus PSSI Cabang Provinsi NTT menunda turnamen Eltari Memorial Cup ke-33 dan Soeratin Cup ke tahun 2022. Secara nasional selama 2020 lalu, ada delapan even olahraga yang ditunda. Penundaan tentu berdampak pada berbagai segmen aktivitas olahraga, mulai dari sponsor, pembiayaan dan peliputan hingga sport production dan aktivitas lainnya seperti penyediaan infrastruktur dan fasilitas olaharga, dan infrastruktur penunjang. Tentu pula hal itu berdampak pada penyerapan tenaga kerja, dan peluang bisnis UMKM yang bertalian dengan olahraga.

Pendekatan Sinergis
Terlepas dari penundaan sejumlah turnamen olahraga, satu hal yang perlu dicatat adalah berbagai even budaya dan olahraga kita tampak masih berjalan sendiri-sendiri, tanpa ada sinergi. Padahal kegiatan budaya dan olah raga sangat potensial untuk disinergikan dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisata.

Bercermin dari negara lain, sinergi sektor industri budaya dan olah raga adalah hal yang lumrah mendukung sektor pariwisata dan pertumbuhan UMKM. Contoh pendekatan sinergis antara even budaya dan olahraga yang paling sukses adalah Olympic Games dan World Cup FIFA. Kedua even ini selalu diselenggarakan dalam sinergi sehingga mampu menarik minat wisatawan mancanegara. Makanya tak mengherankan apabila Olimpiade Musim Panas 2016 Rio de Janeiro, mampu menyedot 6,6 juga wisatawan ke Brasil. Sementara itu, even World Cup FIFA 2018 di Moskow mampu menarik lebih dari tiga juga wisatawan mancanegara.

Meski belum sebanding dengan dua even tersebut, Asian Games 2018 terbukti menyedot lebih dari 80 ribu wisatawan asing. Selain itu, pesta olaharga tersebut meningkatkan pendapatan pelaku UMKM. Survei Bapenas menyebutkan, selama Asian Games, pelaku UMKM di sekitar Gelora Senayan meraup pendapatan 1,3 juta per hari, sementara pelaku UMKM di sekitar Gelora Sriwijaya di Palembang meraup hingga Rp 2,3 juta per hari.

Dari dimensi pelaksanaan, seiring kebijakan otonomi daerah, terjadi banyak hambatan namun juga banyak peluang. Hambatan yang sering dijumpai adalah kebijakan pemerintah pusat dan daerah tidak sinergis. Penyelenggaraan even budaya dan olahraga yang menunjang pariwsata justru menjadi tidak optimal karena urusan birokrasi yang kurang sinergis antara pusat dan daerah. Infrastruktur fisik, marketing, dan informasi kurang memadai juga menjadi hambatan. Padahal, industri pariwisata memerlukan kepastian ketersediaan infrastruktur yang memadai agar pelayanan terhadap wisatawan semakin optimal.

Sumber daya manusia (SDM) yang kurang berkompeten adalah salah satu penyebab mandeknya pariwisata berbasis even budaya dan olahraga. Oleh karena itu pemerintah dan pihak swasta perlu bersinergi dan berkolaborasi untuk mendidik dan melatih SDM. Dalam paradigma baru, pengembangan pariwisata tidak dapat terlepas dari partisipasi masyarakat terutama masyarakat lokal. Demikian pula dalam pengembangan parwisata berbasis even budaya dan olahraga. Sikap dan perilaku komunitas lokal akan mempengaruhi keberhasilan even yang diselenggarakan.

Peran swasta dapat dibedakan dalam dua bentuk. Pertama, mempromosikan even melalui media massa cetak, media online, radio dan TV. Kedua, berpartisipasi dalam pembiayaan untuk mendorong prestasi olahraga dan penyelenggaraan even yang makin berkualitas. Sinergi dengan pihak swasta untuk urusan promosi dan pembiayaan sangat besar. Terbukti, pada even Asian Games 2018 lalu, sejumlah perusahaan seperti Grab Indonesia, ‎PT Astra International, ‎Amerta Indah Otsuka, ‎Syangyong, PT Indofood Sukses Makmur, Aqua, Samsung Indonesia, Sinarmas dan Alfamart menandatangani komitmen bersama senilai Rp 760 miliar.

Faktor lain yang juga menentukan kesuksesan sinergitas antara sektor industri budaya dan olahraga demi pertumbuhan kinerja industri pariwisata adalah keamanan. Contoh yang paling nyata adalah saat terjadinya peristiwa bom di Bali I (2002) dan Bom Bali II (2005). Waktu itu jumlah kunjungan wisata ke Bali dan Indonesia secara umum langsung merosot. Untuk itu, kita semua bersinergi untuk mengatasi berbagai hambatan di atas. Lebih dari itu, kita juga harus bersinergi untuk membasmi pandemi Covid-19.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*