Saus dan Wisata Kampung “Eksklusif”, Panen Singkong Rp 50.000 Per Pohon

Onggok yang dijemur hingga kering (agrifood.id)

Bogor, Kabarpangan.com – Potensi bisnis saus di Indonesia sebenarnya sangat menggiurkan. Sejumlah produsen saus global mempunyai omzet ratusan miliar rupiah. Tahukah salah satu campuran saus tersebut justru dari onggok alias ampas dari pembuatan tapioka? Onggok juga menjadi bahan campuran pakan ternak, lem kertas, dan obat nyamuk. Jadi ada yang food grade dan nonfood grade.

Sepeda melintasi jemuran gaplek di kawasan Sentul, Bogor, Jawa Barat. (Agrifood.id)

Ryo dan Putri, kakak beradik yang masing-masing adalah mahasiswa Universitas Parahyangan-Bandung dan pelajar SD kelas 6 di Kota Bogor. Ketika melihat onggok di Kampung Singkong Sentul (Kastel), Minggu (9/5/2021), keduanya seperti tak yakin kalau itu merupakan salah satu bahan campuran saus. Mereka bersama ibunya penasaran untuk mampir di Kastel yang belakangan mempromosikan cabut sendiri singkong Rp 50.000 per pohon.

Baca : Digagas untuk Food Estate, Penetapan Singkong Sebagai Pangan Strategis Mendesak

“Beberapa mulai kelihatan bintik-bintik hitam kayak jamur ya,” tanya Listyawati, Ibu dari Ryo dan Putri.

Singkong segar yang siap digiling untuk tapioka (agrifood.id).

Tapioka rakyat dan onggok sangat membutuhkan matahari. Tidak hanya di Bogor, tapi juga Pati dan Wongiri (Jateng) hingga Lampung. Beda dengan Nigeria, Thailand, Vietnam dan Kamboja yang sebagian besar sudah modernisasi sehingga kadang Indonesia harus mengimpornya. Bakso, sosis, roti tawar, aneka fried chicken, dan pempek kualitas premium butuh tapioka.

“Setidaknya sehari perlu 4-5 jam panas matahari agar bisa jadi tapioka kering dan onggok yang bagus. Masing-masing ada grade khusus, kami kirim ke pengepul untuk dijual ke pabrik-pabrik sesuai kebutuhannya,” ujar Mang Karta, salah satu produsen tapioka dan onggok di Pasir Laja, Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, belum lama ini.

Ampas singkong dari pengolahan tapioka (agrifood.id)

Tapioka tentu sudah sangat akrab dengan semua masyarakat Indonesia. Sejak tahun 1940-an, Bogor sudah memproduksi tapioka premium. Saat itu, kawasan Sentul menjadi salah satu pemasok singkong ke beberapa penggilingan rakyat.

“Thailand dan Vietnam sudah sangat maju soal tapioka. Jangan sampai dengan Kamboja pun kita sulit bersaing karena mereka punya blue print jangka panjang terkait singkong,” kata Heri Soba yang juga Ketua Masyarakat Singkong (MSI) Bogor Raya.

Melintasi turunan di kebun singkong.

Singkong, tapioka, onggok, berbagai produk turunan lainnya hingga panen sendiri menjadi wisata rakyat, edukasi, dan olahraga. Selama pandemi hanya melayani kunjungan terbatas sehingga perlu memesan ke Kampung Singkong Sentul 081288064545. Di sisi lain, masih ada pekerjaan besar untuk meningkatkan produksi dan pengolahan singkong di Indonesia. [KP-03] kabarpangan.id@gmail.com

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*