Jakarta – Pemerintah Provinsi Papua mendorong masyarakat di wilayahnya untuk melakukan gerakan menanam satu juta pohon sagu di Bumi Cenderawasih.
Penjabat Gubernur Papua Soedarmo, di Jayapura, mengatakan gerakan ini harus didorong untuk membudayakan makanan lokal Bumi Cenderawasih. Untuk itu, pemprov bekerja sama dengan pemkot dan Forum Pemberdayaan Perempuan Indonesia. “Setiap perempuan menanam 10 pohon sagu dan tercatat ada 1.000 orang, sehingga kami berharap setidaknya ada 1.000.000 pohon sagu yang bisa dikembangkan,” katanya di Jayapura, Papua, pekan lalu.
Saat ini, kata dia, Pelaksana Tugas (Plt) Asisten Bidang Perekonomian dan Kesejahteraa Rakyat Setda Provinsi Papua Noak Kapisa berupaya mencari lahan yang cocok dan menggerakkan warga menanam sagu.
Soedarmo meminta pangan lokal seperti sagu dikembangkan menjadi produk unggulan pengganti beras.
“Untuk mengembangkan pangan lokal seperti sagu ini dibutuhkan pendampingan dan bimbingan khusus bagi para petani di wilayah setempat,” ujar mantan Pelaksana Tugas Gubernur Aceh tersebut.
Sementara itu, permintaan sagu terus meningkat, khususnya di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan. Pasar Inpres Baturaja, OKU, harga sagu meroket mencapai Rp 11.000 per kilogram (kg) dari sebelumnya hanya berkisar Rp 6.000 per kg.
“Menjelang bulan puasa tahun ini harga sembako terutama sagu atau tepung tapioka mengalami kenaikan mencapai 80 persen,” kata Susi salah seorang pedagang sembako di Pasar Atas Baturaja, OKU, pekan lalu.
Dikatakan, lonjakan tersebut terjadi sejak satu bulan terakhir dan mencapai harga tertinggi menjelang bulan suci Ramadhan 2018. “Harga sagu berangsur naik sejak satu bulan yang lalu. Sebelumnya untuk satu kilogram sagu hanya dipatok pedagang kisaran Rp 6.000,” kata dia, seperti dilansir Antara.
Sagu yang mengalami kenaikan harga tersebut seperti cap terong, merk gunung atau sagu tani yang saat ini mencapai sebesar Rp 11 ribu per kg.
Menurut Umar, salah satu pedagang, melambungnya harga sagu karena ketersediaan bahan utama pembuatan kemplang, kerupuk, pempek dan makanan lainnya itu sedang menipis. Pasokan bahan baku pembuatan sagu di tingkat agen pemasok dari daerah Lampung saat ini sedang kosong. Petani di Lampung banyak yang belum menanam singkong untuk bahan membuat sagu atau tepung tapioka sehingga stok barang kosong untuk memenuhi kebutuhan pasar. [KP-03]
Be the first to comment