Jakarta, KP – Produk pangan impor masih mendominasi perkembangan perdagangan dalam jaringan (daring/online) di Tanah Air. Sekitar 10 persen dari total transaksi e-commerce makanan dari produk lokal. Sebaliknya, sekitar 90 persen masih didominasi produk pangan impor.
Direktur Direktur Institut Agro Maritim (IAM) Indonesia G Wijaya Ketaren di Jakarta, baru-baru ini mengatakan Indonesia seharusnya terus mendorong pembangunan produk pangan lokal sehingga dalam perkembangan ekonomi digital Indonesia tidak hanya dijadikan target pasar. “Jadi bisa berperan lebih besar dari sisi produksinya sehingga tidak didominasi oleh produk impor,” katanya.
Untuk itu, kata dia, berbagai upaya dan kebijakan pemerintah harus berorientasi untuk meningkatkan produk pangan lokal tersebut. Adapun prioritas produk pertanian tersebut adalah sayur-sayuran dan buah-buahan lokal sehingga bisa memberikan dampak kesejahteraan kepada petani produsen.
“Keberpihakan untuk meningkatkan produksi pangan lokal tersebut juga dilakukan dengan memberikan insentif atau subsidi sehingga petani semakin bergairah,” tegas alumni Institut Pertanian Bogor (IPB) ini.
Sebelumnya, Deputi Akses Permodalan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Fadjar Hutomo mengatakan dari total transaksi e-commerce makanan, hanya sekitar 10 persen saja yang merupakan produk buatan dalam negeri.
Dia menuturkan kontribusi produk pangan lokal tersebut justru berbanding terbalik dengan meningkatnya kontribusi ekonomi kreatif terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB terus meningkat dari sekitar 700 triliun hingga 750 triliun rupiah pada 2014 menjadi sekitar 1.000 triliun rupiah.
“Info terakhir dari Badan Pusat Statistik (BPS) per 2017 yang belum dipublikasi, angkanya sudah mendekati 1.000 triliun rupiah. Sekira 40 persen lebih dari nilai tersebut dikontribusi subsektor kuliner,” jelas Fadjar.
Dia berharap pengembangan subsektor kuliner melalui bantuan pembinaan dan akses permodalan bagi perusahaan rintisan, seperti dilakukan Bekraf dalam Food Startup Indonesia (FSI), semakin mendorong pertumbuhan subsektor tersebut. Apalagi, kuliner Indonesia memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang karena kekhasan yang hanya dimiliki oleh masyarakat Indonesia.
Bekraf meluncurkan platform digital Food Startup Indonesia dalam upaya mendorong pengembangan usaha rintisan (startup) subsektor kuliner. Platform digital melalui www.foodstartupindonesia.com dibuka bagi para pendaftar hingga 26 Juni 2018.
Be the first to comment