Jakarta, Kabarpangan.com – Pertanian di kota (urban farming) bisa memanfaatkan berbagai lahan kosong dengan berbagai inovasi. Selain mengisi kesibukan dan olahraga, bertani atau berkebun bisa juga memenuhi kebutuhan pangan warga selama pandemi Covid-19.
Salah satu kawasan di Jakarta yang mengembangkan pertanian di pemukiman padat dilakukan warga RT 08/07, Kembangan Utara, Kembangan, Jakarta Barat. Aktivitas diatas lahan seluas 400 meter persegi itu terdapat beragam jenis tanaman seperti kangkung, kacang panjang, tomat, caisim atau sawi hijau dan lain sebagainya. Tak hanya tumbuh-tumbuhan, di lahan ini juga terdapat kolam yang diisi dengan ikan nila.
Demikian juga warga di kawasan Pengadegan, Jakarta, juga memanfaatkan lahan sempit untuk bertani. “Tidak harus menggunakan lahan yang luas, cukup dalam pot, tabung bekas, atau wadah yang panjang sudah bisa ditanam sayuran hijau, cabai, tomat, atau jahe merah dan kemangi. Benih dan media tanam bisa diupayakan sendiri atau juga dibeli,” kata Sultoni, belum lama ini.
Aktivitas tersebut dilakukannya untuk mengisi kesibukan dan sekaligus menjalankan hobi bertani selama penerapan bekerja dari rumah (work from home). Sebelumnya, dia sudah menjalankan aktivitas tersebut memanfaatkan sisi samping rumah tetapi kendala waktu yang terbatas.
“Sekarang waktu sudah cukup banyak. Sebentar lagi cabai dan tomatnya sudah mulai berbuah. Jika dilakukan dalam skala yang luas, beberapa kebutuhan rumah tangga bisa diupayakan secara bersama,” katanya.
Selain di Jakarta, salah satu komunitas yang masih konsisten mengalakkan pertanian tersebut adalah Kelompok Wanita Tani (KWT) Kentagor di Kelurahan Kencana, Tanah Sareal, Kota Bogor. KWT yang beranggotakan ibu-ibu rumah tangga di RW 13 tersebut memanfaatkan lahan kosong milik pribadi yang bisa digunakan untuk kegiatan bertani. Komoditas yang ditanam pun cukup beragam di atas lahan sekitar 500 meter persegi.
“Ada beberapa yang panen rutin, seperti daun singkong dan sejumlah sayuran lainnya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Kalaupun panennya tidak cukup untuk semua anggota maka bisa digilir,” jelas Ketua KWT Kentagor Eka Darwati.
Dikatakan, tanaman yang dibudidayakan cukup bervariasi, mulai dari jagung, hortikultura (sayur dan buah), tanaman obat dan rempah, tanaman tahunan (kelor dan buah-buahan) serta budidaya lele dalam kolam bak.
“Untuk perawatan bisa dikerjakan sendiri dan pekerjaan yang berat bisa dibantu bapak-bapak atau juga pekerja yang disewa harian. Sekarang banyak dibantu para suami untuk mengisi waktu luang selama tidak ada aktivitas kantor,” katanya, pekan lalu.
Sebelumnya, Syafei selaku Lurah Kencana, Bogor, mengatakan urban faming yang dikembangkan di RW 13 adalah KWT Kentagor dan KWT Akasia. Pengelolaan kedua kelompok tersebut patut dijadikan acuan bagi wilayah lain di Kelurahan Kencana dan Kota Bogor secara umum. Selain bisa mengoptimalkan lahan untuk memenuhi kebutuhan pangan tertentu bagi warga, keberadaan urban farming semakin menambah kekompakan dan solidaritas warga.
Secara terpisah, Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) dan Tani Centre IPB University, bersama mantan vokalis Banda Neira, Rara Sekar, mengajak semua masyarakat untuk memanfaatkan lahan sempit di rumah untuk bercocok tanam.
Rara Sekar menyebut apa yang dilakukannya sebagai bentuk urban farming alias bercocok tanam di lingkungan rumah perkotaan. “Urban farming bisa menjadi pilihan untuk meningkatkan ketersediaan pangan di perkotaan,” ujar Rara Sekar dalam sebuah diskusi virtual tentang cadangan pangan komunitas di tengah pandemi pekan lalu.
Menurut Rara Sekar, dalam kondisi seperti sekarang perlu sinergi antara komunitas di desa dan kota untuk menjaga kedaulatan pangan tetap terjamin. [KP-03]
kabarpangan.com || kabarpangan.id@gmail.com
Be the first to comment