Bogor, KP – Pasokan cabai diprediksi bakal kurang dalam 2-3 bulan ke depan, terutama selama bulan puasa dan Lebaran nanti. Kekurangan terbesar pada cabai rawit merah yang umumnya baru akan dipanen pada bulan Juli dan Agustus mendatang.
“Pasokan cabai selama bulan Ramadan dan Idul Fitri kemungkinan sangat kurang. Akibatnya, harga bisa melonjak tinggi,” kata Sekretaris Jenderal Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) Abdul Hamid dalam Seminar Nasional Agribusiness Outlook 2018 di Jakarta, pekan lalu.
Dikatakan, pantauan AACI di sejumlah sentra cabai menunjukkan panen raya baru akan dimulai pada bulan Juli dan Agustus. Sementara bulan Juni panen masih sedikit dan banyak yang rusak.
Kekurangan tersebut terlihat secara signifikan bagi jenis cabai rawit merah. Sementara untuk cabai merah besar dan cabai keriting produksinya masih normal.
“Ini pantauan kami di sentra-sentra cabai di Jawa Timur dan Jawa Tengah, serta beberapa di Jawa Barat. Beberapa pekan lalu harga cabai di beberapa titik melonjak tinggi karena kegagalan panen akibat hujan,” ujarnya.
Dia menjelaskan, penurunan produksi pun dinilai dengan melihat kualitas tanah. Sebagian besar lahan yang digunakan untuk tanaman cabai mulai kritis dan kekurangan unsur hara. “Produksi cabai juga tertekan akibat kondisi tanah yang tidak sehat,” tegasnya.
Kondisi diatas, ujarnya, membuat biaya produksi cabai pun saat ini sangat tinggi. Biaya produksi cabai saat ini mencapai 95 juta hingga 100 juta per hektare (ha) per tahun. Angka tersebut naik drastis dibandingkan dengan tahun 1995. Hingga tahun 1995 biaya produksi hanya sebesar 18 juta hingga 20 juta per ha per tahun.
Naiknya biaya produksi dianggap tidak menguntungkan petani. Hal tersebut dikarenakan harga cabai tidak bergerak signifikan.
Sementara itu, para petani cabai di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, meraup untung hingga ratusan juta rupiah setelah menerapkan manajemen waktu tanam dengan baik. “Satu hektare lahan di desa ini 18.000 pohon cabai. Beda dengan desa sentra cabai lainnya di Banyuwangi, seperti Wongsorejo, yang mungkin lebih banyak karena jarak antarpohon lebih rapat,” kata Ketua Kelompok Tani Ketileng Makmur, Desa Sumbergondo, Kecamatan Glenmore, Imam Badrus di Banyuwangi, Minggu (18/3).
Dia mengatakan biaya produksi mulai pupuk hingga perawatan, per pohon menghabiskan rata-rata Rp 5.000. Satu pohon bisa menghasilkan 5-6 ons atau setengah kilogram cabai. Dengan biaya produksi cabai rata-rata Rp 90 juta dan harga jual petani Rp 50.000 per kilogram, satu pohon cabai bisa menghasilkan Rp 25.000. Dengan demikian, seperti ditulis Antara, keuntungan pemilik lahan cabai diprediksi mencapai Rp 360 juta per hektare. [KP-04]
Be the first to comment