Parlemen ASEAN-FAO Bahas Investasi Pangan, Impor Beras Indonesia Januari-Mei 2,2 Juta Ton

Melintasi kebiun singkong.

BALI, KP – Majelis Antar-Parlemen ASEAN (AIPA) bekerja sama dengan FAO, International Institute for Sustainable Development (IISD) pada 25 Juli 2024, mengundang berbagai pemangku kepentingan untuk memperkuat implementasi Pedoman ASEAN tentang Investasi Bertanggung Jawab di Bidang Pangan, Pertanian, dan Kehutanan (ASEAN RAI). Kerja sama ini untuk menjawab berbagai tantangan negara-negara di Asia Tenggara dalam menjamin ketahanan pangan melalui investasi berkelanjutan.

ASEAN RAI yang diadopsi pada 2018, diharapkan bisa mengembangkan kerangka kerja berkelanjutan bagi para legislator. Kerangka kerja ini mencakup aktivitas parlemen yang terkait dengan penguatan undang-undang, penganggaran dan pembiayaan, peningkatan kapasitas, advokasi, serta pengawasan. Dengan menekankan pentingnya investasi berkelanjutan, hasilnya diharapkan dapat menjadi alat penting untuk memajukan rantai nilai pertanian dan investasi di seluruh ASEAN.

“Kita berada dalam tekanan berat demografis untuk dapat menyediakan pangan sementara lahan dan sumber daya hutan kita terbatas,” kata Fadli Zon, Ketua Komite Kerja Sama Antar-Parlemen DPR RI dan Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia.

Menurut Fadli Zon, dunia juga dihadapkan pada tantangan eksistensial atas perubahan iklim, yang menyebabkan situasi mengkhawatirkan terkait perubahan cuaca, kelangkaan sumber daya air, lingkungan dan lain sebagainya. Maka, jika ingin memajukan sektor pangan, pertanian, dan kehutanan secara komprehensif, harus ada satu payung undang-undang, sebuah omnibus, untuk mengatasi tantangan, termasuk tata kelola investasi pertanian.

Baca : Hilirisasi Rumput Laut Penuhi Potensi Rp 193,225 Triliun

Sedangkan Siti Rozaimeriyanty Dato Haji Abdul Rahman, Sekretaris Jenderal AIPA, berpandangan ASEAN RAI adalah kerangka strategis yang bertujuan mendorong praktik investasi berkelanjutan dan bertanggung jawab di seluruh kawasan. Partisipasi anggota parlemen sangat penting mewujudkan pedoman ini. Dengan mengundang perwakilan dari berbagai sektor, termasuk akademisi, sektor swasta, organisasi masyarakat sipil, dan komunitas lokal, inisiatif ini bertujuan untuk memperkuat upaya kolektif dan memastikan keterlibatan komprehensif dari seluruh pemangku kepentingan.

Sistem pangan yang berkelanjutan adalah dasar bagi ketahanan pangan dan mata pencaharian petani kecil di wilayah ASEAN. Namun, mereka menghadapi tantangan, termasuk perubahan iklim, degradasi lahan, dan ketidaksetaraan sosial-ekonomi. Kendaraan utama untuk mengatasi tantangan ini adalah meningkatkan investasi di sektor pertanian, terutama yang ditujukan kepada petani keluarga kecil yang menghasilkan hampir 80 persen makanan di wilayah ini.

FAO Indonesia bekerja untuk memperkuat lingkungan kolaboratif guna mencapai pembangunan berkelanjutan melalui bantuan teknis dan pertukaran pengetahuan, serta promosi kebijakan yang mendorong investasi bertanggung jawab. Transformasi sektor pangan, pertanian, perikanan, dan kehutanan menjadi fokus utama, untuk mencapai masa depan dengan produksi, lingkungan, nutrisi, dan kehidupan yang lebih baik.

Sementara itu, Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengatakan realisasi beras impor periode Januari hingga Mei 2024 mencapai 2,2 juta ton.
Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Utama Badan Pangan Nasional (Bapanas) Sarwo Edhy menyampaikan rencana impor pada Juni sampai dengan Desember 2024 masih sekitar 2,1 juta ton. Namun, dia menyampaikan penyerapan produksi dalam negeri menjadi hal utama dalam menyediakan stok pangan nasional.

“Tentunya realisasi impor ini disesuaikan dengan keadaan produksi dalam negeri. Artinya kalau nanti bisa dipenuhi dari produksi dalam negeri, maka impor ini tidak kita lakukan, kira-kira seperti itu,” ujar Sarwo.

Dikatakan, fungsi Bapanas adalah bagaimana memastikan agar 270 juta lebih penduduk Indonesia bisa terpenuhi kebutuhan pangannya. Oleh karena itu, pihaknya menyusun neraca pangan nasional dengan melibatkan kementerian terkait yaitu Kementerian Pertanian, Kemenko Perekonomian, Bappenas, Badan Pusat Statistik dan instansi terkait lainnya.
Dia mengungkapkan bahwa hasil penyusunan neraca pangan khususnya beras didapatkan stok awal 4,1 juta ton dan perkiraan produksi dalam negeri 31,5 juta ton. [Ant/KP-2]

Advertorial
IpeComm melayani jasa editor, penulisan kreatif, media/public relation, komunikasi (government/community/private), promosi, business intelligent, analisis media, hingga crisis management. Didukung tim ahli & profesional, berpengalaman luas dalam komunikasi dan pernah berkarir di sejumlah media nasional/internasional. Bisa hubungi 081356564448 atau agrifood.id@gmail.com.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*