Mirip Jakarta, 20 Kota Besar Harus Punya Pasar Induk Beras

Aktivitas bongkar-muat di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) di Jakarta.

Jakarta, KP – PT Food Station Tjipinang Jaya (Food Station) merupakan perusahaan badan usaha milik daerah (BUMD) DKI Jakarta yang ditetapkan sebagai pengelola tunggal Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC). Keberadaan PIBC tersebut cukup berhasil dalam mengatasi mafia dan menstabilkan harga beras.

Mantan Menteri Koordinator Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli ketika mengunjungi PIBC atau Food Station di Jalan Pisangan Lima, Jakarta Timur, Senin (15/1) menilai perlunya sejumlah kota besar memiliki BUMD yang mengelola pasar induk. “Keberadaan BUMD DKI yang bergerak di bidang ketahanan pangan ini cukup berhasil dalam mengatasi mafia beras dan menstabilkan harga beras,” katanya.

Untuk itu, Rizal menginginkan 20 kota besar di Indonesia dapat meniru BUMD milik Pemprov DKI seperti PT Food Station Tjipinang Jaya. “Dulu kerjanya cuma menyewakan tanah dan aset gedung disini (PIBC) buat pedagang pasar. Tetapi 1,5 tahun terakhir ini, sudah mampu menjalankan dua fungsinya,” kata Rizal.

Dua fungsi yang dijalankan BUMD DKI itu, yakni menyuplai beras murah kepada warga yang tidak mampu, khususnya yang memiliki Kartu Jakarta Pintar (KJP). Warga bisa membeli beras premiun seharga Rp 6.000 per kilogram (kg). “Kedua, mereka juga menjual beras yang dibeli dari daerah pemasok beras ke sekitar 15 ribu outlet komersial. Sebelum dijual, beras itu disortir, dibersihkan dan dipisahkan yang rusak dan yang berkualitas baik sehingga ketika dijual, berasnya memiliki standar yang baik,” ujarnya.

Langkah Pemprov DKI ini, kata Rizal, patut dicontoh karena tidak hanya memberikan kualitas beras yang bagi, tapi juga membantu petani menjual berasnya dengan harga lebih tinggi.

Secara terpisah, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) berharap di Sulawesi Selatan juga dibangun pasar induk khusus beras agar persaingan usaha berjalan sehat dan memutus mata rantai distribusi yang panjang.
“Selama ini, pasar induk beras hanya ada di Cipinang, di Jakarta. Sulawesi Selatan yang setiap tahun selalu surplus beras lebih dari 2 juta ton itu mampu memenuhi kebutuhan beras di Indonesia, tetapi tetap saja banyak kendalanya,” ujar Kepala Perwakilan Daerah (KPD) KPPU Makassar Ramli Simanjuntak di Makassar, Minggu.

Dikatakan, terpusatnya pasar induk beras seperti di Cipinang, Jakarta selalu membuat heboh daerah-daerah lainnya jika terjadi kekurangan stok beras. Salah satu contoh, kata dia, kekurangan stok di pasar induk kemudian memunculkan beban psikologi pasar kepada daerah lainnya, padahal daerah-daerah penghasil beras tidak perlu terdampak.

“Ini contoh, kalau di Jakarta ada kekurangan atau kelangkaan stok beras, terjadi kenaikan dan kemudian membuat gejolak di beberapa daerah lainnya termasuk di Sulsel. Padahal, di Sulsel itu stoknya selalu banyak tapi karena ada gejolak seperti itu, lantas terimbas di sini,” katanya.

Karenanya, Ramli mendorong pemerintah pusat maupun provinsi agar bisa membangun pasar induk beras di Sulawesi Selatan agar bisa menjadi sentral penjualan bagi masyarakat. [KP-03]

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*