JAKARTA, KP – Seiring meningkatnya produksi, Indonesia semakin dekat dengan swasembada jagung. Saat bersamaan, Indonesia juga siap-siap menjadi lumbung pangan dunia.
Hal tersebut merujuk kepada pergerakan capaian produksi jagung pipilan kering kadar air 14 persen (JPK KA 14 persen) Januari-Juli tahun ini, yang terus melampaui kebutuhan konsumsi nasional. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), produksi JPK KA 14 persen hingga Juli diperkirakan dapat mencapai 9,45 juta ton atau meningkat 11,08 persen dibandingkan Januari-Juli 2024.
“Tentu kita patut bersyukur karena produksi jagung dalam negeri terus meningkat pesat. Bahkan kita sudah mampu ekspor jagung. Ini karena visi Presiden Prabowo tidak hanya swasembada saja, tapi Indonesia harus mampu jadi lumbung pangan dunia,” ucap Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi di Jakarta, Selasa (10/6/2025).
“Kami di Badan Pangan Nasional sudah menghitung produksi vs konsumsi dan Alhamdulillah untuk jagung kita mencatatkan masih ada surplus. Artinya produksi Januari sampai Juli tahun ini telah mampu memenuhi kebutuhan konsumsi dan masih ada kelebihan yang cukup, sehingga kita bisa gunakan untuk ekspor atau stok Cadangan Pangan Pemerintah (CPP),” tambahnya.
Dari proyeksi produksi JPK KA 14 persen tersebut yang berada di angka 9,45 juta ton, dalam analisis NFA ada potensi kehilangan atau tercecer yang ditetapkan sebesar 4,62 persen. Dengan itu, produksi bersih Januari-Juli menjadi 9,01 juta ton.
Selajutnya menurut Proyeksi Neraca Jagung per 2 Juni 2025, kebutuhan konsumsi bulanan dari Januari sampai Juli diperkirakan berada di angka 8,63 juta ton. Surplus pun tercatat berada di angka 380 ribu ton dari hasil produksi bersih JPK KA 14 persen 9,01 juta ton dikurangi konsumsi 8,63 juta ton.
“Hal lainnya yang perlu dijaga tentunya adalah harga di tingkat petani jagung. Sesuai arahan Bapak Presiden, nilai tukar petani tidak boleh turun anjlok. Kami di Badan Pangan Nasional turut membantu petani jagung di NTB dengan memfasilitasi agar stoknya juga dapat diserap peternak unggas di luar NTB,” ungkap Arief.
Sebagaimana diketahui, realisasi mobilisasi jagung petani NTB ke peternak Blitar Jawa Timur turut dibantu NFA sebagai penjembatan secara business to business (B2B). Realisasinya sampai 9 Juni telah mencapai 1.861 ton.
Upaya ini merupakan langkah memperkuat rantai pasok jagung nasional yang bertujuan agar daerah sentra produsen yang sedang kelebihan stok dapat membantu pemenuhan kebutuhan jagung di daerah lain. Ini juga menjadi fokus NFA dalam menjaga keterjangkauan pangan. Pola B2B seperti ini terbukti membantu menjaga pasokan bahan baku pakan serta menekan gejolak harga di tingkat konsumen.
Ditinjau dari tren rerata harga jagung pipilan kering di tingkat produsen secara nasional, terlihat mulai ada pergerakan kenaikan yang cukup signifikan. Dalam Panel Harga Pangan NFA, awal Mei rerata harga di Rp 4.769 per kilogram (kg). Terbaru, per 9 Juni meningkat lagi menjadi Rp 4.888 per kg.