Makassar, KP – Kementerian Pertanian menegaskan tetap fokus melanjutkan dan mengembangkan aplikasi Toko Tani Indonesia (TTI) agar masyarakat dapat ikut mengakses layanan itu secara online ke depan.
“Tahun 2018 akan dikembangkan 1.000 TTI dan 500 gabungan kelompok tani. Dengan ini tidak mungkin lagi jika pengelolaan distribusi pangan dilakukan secara manual. Untuk itu, kita bangun e-commerce TTI,” kata Menteri Pertanian Amran Sulaiman baru-baru ini di Makassar.
Program yang dilakukan Kemtan ini tentu salah satu upaya menindaklanjuti perkembangan informasi teknologi (IT) dengan merancang aplikasi TTI online dalam aplikasi e-commerce (business to business). “Program ini melibatkan petani, masyarakat, lembaga keuangan, dan transportasi. Hal ini sebagai wujud transformasi dalam pelayanan TTI agar dapat melayani masyarakat secara lebih luas, mudah dan murah,” ujarnya.
Menurut dia, manfaat aplikasi ini antara lain yakni ketersediaan informasi stok bagi akses gabungan kelompok tani (Gapoktan) dan TTI, dan juga ada kepastian pengiriman dan pemantauan proses pengiriman.
Selain itu, lanjut dia, dapat memberikan jaminan kontinuitas pasokan, minimalisasi biaya distribusi, adanya kepastian harga dan stok yang dapat dibeli masyarakat, serta informasi akses lokasi TTI terdekat bagi masyarakat.
“Untuk itu, aplikasi ini akan terus dikembangkan sehingga masyarakat dapat ikut mengakses layanan TTI secara online,” ujarnya.
Di banyak negara, kata Mentan, konsep pangan fungsional telah berkembang sangat pesat. “Masak Indonesia bisa bikin pesawat, lalu untuk traktor saja tak bisa? Bahkan kalau pun traktornya berjalan mundur, hantam saja. Nanti peneliti berikutnya yang bikin jalannya jadi maju,” tegas Mentan.
Sebelumnya, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kemtan Agung Hendriadi mengatakan perkembangan TTI dalam dua tahun terakhir cukup pesat. Hal itu mendorong pemerintah mengambil langkah untuk mengembangkan sarana bisnis berbasis daring untuk memudahkan alur distribusi barang sesuai permintaan masyarakat.
Dikatakan, pendekatan melalui aplikasi untuk memastikan pengiriman dan pengawasan proses pengiriman, jaminan keberlanjutan produk, meminimalisasi biaya distribusi, memberi kepastian harga dan stok yang dapat dibeli masyarakat dan informasi akses lokasi TTI terdekat bagi masyarakat.
Berdasarkan data Kemtan pada Desember 2017 sudah terbentuk kurang lebih sebanyak 898 Gapoktan dan 2.433 TTI yang tersebar di 32 provinsi di Indonesia. Pada 2016, Gapoktan baru tercatat sebanyak 492 unit, sementara TTI sebanyak 1.320 unit. Pada 2017, dari jumlah tersebut bertamah sebanyak 406 Gapoktan dan 1.113 TTI.
Saat ini, TTI Centre juga dikembangkan menjadi distribution center, tugasnya menerima permintaan TTI. Nantinya, secara online akan mencari Gapoktan yang memiliki pasokan barang dan akan dikirimkan ke TTI yang membutuhkan. [KP-04]
Be the first to comment