LAMPUNG, KABARPANGAN – Harga singkong sejumlah sentra produksi di Provinsi Lampung turun dalam beberapa pekan terakhir. Penurunan itu terpantau di beberapa kabupaten, seperti Kabupaten Tulang Bawang Barat (Tubaba), Lampung Utara, Lampung Timur, dan Mesuji. Petani merasa tidak berdaya dengan harga pembelian pabrik yang rendah dan mulai menyerukan aksi demo besar-besaran serta memboikot penjualan dalam pekan ini.
Sejak Minggu (8/12/2024) beredar kabar rencana demo mulai Senin (9/12/2024) di Tubaba, kemudian ajakan aksi besar-besaran untuk semua petani Lampung Utara pada Kamis (12/12/2024).
Informasi yang dipantau Kabarpangan.com menyebutkan pada Senin pagi puluhan petani singkong sudah melakukan aksi damai di depan perusahaan PT Bumi Waras (BW) Tiyuh (Desa) Penumangan, Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Kabupaten Tubaba.
Baca : Ini Pendapatan Brigade Swasembada Pangan, Peminat Daftar di Dinas Pertenian Setempat
Masyarakat menuntut kepada perusahaan terkait rendahnya harga beli singkong (ubi kayu) dan mendesak perusahaan menaikan kembali harga beli. Selain itu, petani meminta turunkan potongan kadar air (%) singkong, memperbaiki timbangan dan penggunaan timbangan digital.
Willy sebagai wakil perusahaan dalam group PT Budi Starch & Sweetener Tbk (BWSSW) menerima para petani. Namun, tidak bisa memastikan karena keputusan harga ditentukan manajemen pusat.
“Kita tunggu saja keputusan dari pusat (Jakarta) dan saya tidak bisa memberikan keputusan dan kebijakan, saya disini hanya karyawan selaku kepala pabrik dan pengawas,” katanya.
Andika selaku koordinator aksi menjelaskan pihak perusahaan menurunkan harga singkong semaunya saja. “Kami petani singkong melakukan hal ini karena pihak perusahaan ini sepertinya sudah semaunya menurunkan harga singkong,” tegasnya.
Baca : Potensi Besar Sapi Galician Blond Spanyol, Mentan Sebut Investor Ramai ke Indonesia
Selain Tubaba, anjloknya harga singkong juga terjadi di Lampung Timur, Mesuji, dan Lampung Utara sejak beberapa pekan terakhir. Di Lampung Timur, harga singkong milik petani di Kecamatan Sukadana hanya Rp 1.225 per kg (lapak/tengkulak) dengan potongan 25 persen sehingga petani hanya terima Rp 750 per kg. Sedangkan di Kecamatan Batanghari Nuban, pabrik Florindo Makmur membeli singkong dengan harga Rp 1.070 per kg dan potongan 15 persen.
Menurut petani singkong Tan Malaka, harga singkong yang rendah ini membuat mereka merugi karena harga minimal yang diterima petani seharusnya Rp 1.000 per kg. “Kami hanya bisa pasrah,” ujar Tan Malaka. Sabtu (7/12/2024).
Petani lainnya, Udin, mengatakan harga yang turun drastis disertai potongan besar membuat petani kesulitan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Mereka berharap pemerintah pusat dan daerah segera membantu mengatasi permasalahan dan mencari solusi stabilisasi harga singkong.
Di Lampung Utara, penurunan harga terjadi sejak beberapa bulan lalu. Para petani tampaknya sangat kecewa dengan harga singkong saat yang dibeli PT Sinar Laut. Kondisi yang sama juga dihadapi petani ketika dibeli oleh lapak MSM milik CV GMI. Para petani yang sudah mulai putus asa, kemudian mengorganisir diri untuk melakukan aksi. Beredar di media sosial, pesan melakukan aksi besar-besaran di Lampung Utara pada Kamis (12/12/2024). Informasi tersebut sudah menyebar ke sejumlah pihak dan sepertinya aksi tersebut bakal tetap dilakukan selama harga singkong belum stabil. [PR/KP-02]
Be the first to comment