Garam Bisa Sejahterakan Nelayan Lombok Barat

Ilustrasi pembuatan garam di Pulau Madura, Jawa Timur.

Lombok Barat – Selain menangkap ikan, Pemerintah Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, menginginkan nelayan memaksimalkan potensi sumber daya kelautan dengan memproduksi garam agar kesehahteraannya meningkat.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Barat, H. Subandi, melalui keterangan tertulis, Jumat pekan lalu, mengatakan tidak hanya potensi ikan, rumput laut, dan pariwisata pantai dan alam bawah laut yang sudah digarap optimal dalam empat tahun terakhir, potensi garam yang dikelola langsung oleh masyarakat juga sudah mulai digarap.

“Di beberapa titik lokasi di dua kecamatan, pengolahan garam sudah ada dan menjadi mata pencaharian masyarakat,” kata Subandi yang mendampingi timnya melakukan studi lapang di Desa Lembung, Kecamatan Galis, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur.

Namun, kata dia, sebagian usahatani garam rakyat tersebut masih tradisional, sehingga belum mampu meningkatkan taraf perekonomian masyarakat.

Untuk itu, pihaknya telah memberdayakan para petambak garam tradisional dalam wadah kelompok, di mana Pemerintah Kabupaten Lombok Barat membina mereka dalam wadah program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (Pugar).

“Saat ini, kami baru membina dua kelompok petambak garam yang sudah menggunakan geoisolator. Sisanya 31 kelompok masih menggunakan sistem rebus,” ujarnya.

Subandi menyebutkan dalam dua kelompok geoisolator, terdapat 48 petambak aktif, sedangkan petambak rebus sebanyak 91 orang dan tersebar di lima desa. Angka tersebut belum termasuk pemilik lahan. Mereka sangat bergantung pada produksi dan penjualan untuk menunjang perekonomian keluarganya.

“Semua petambak garam telah dibantu pemerintah daerah. Kita bantu mereka dalam control quality agar sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan kesehatan, lalu memfasilitasi mereka untuk penjualannya,” katanya.
Subandi menyebutkan produksi garam di Kabupaten Lombok Barat mencapai 298,75 ton pada 2017. Sedangkan untuk 2018, sampai minggu ke-2 Desember sudah meningkat menjadi 304,34 ton.
Kondisi potensial tersebut membuat Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Barat semakin bersemangat memperluas lahan binaan untuk tambak garam tersebut.

“Tahun ini, kami akan tambah 25 hektare dari 250 hektare dalam hasil kajian. Mungkin kami akan konsentrasikan dulu di Dusun Bengkang Buwun Mas,” kata Subandi seraya menyebutkan total lahan untuk garam rakyat sampai 2018 baru mencapai 325 hektar.

Sementara itu, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Lombok Barat H Baehaqi berkeyakinan, program Pugar akan mampu mengurangi paling sedikit 350 jepala keluarga dari garis kemiskinan.

“Kami tidak hanya membantu produksi dan brandingnya, tapi penjualannya. Kami sudah membuat peraturan bupati agar aparatur sipil negara membeli garam nelayan lokal. Saat ini, kita malah tidak mampu memenuhi kebutuhan pasar tersebut,” katanya.

Berbeda dengan Lombok Barat, di Kabupaten Bima, NTB, lahan garam baru digarap 1.743,02 hektare atau 37 persen. Padahal, potensi lahan tambak di Kabupaten Bima seluas 4.620 hektare. Potensi lahan yang masih luas itu bisa mendorong peningkatan produksi garam. [KP-04]

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*