Ekspor Sarang Walet ke Tiongkok Meningkat, Nanas Menyusul

Ilustrasi sarang burung walet (superwalet.com)

Jakarta, KP – Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian mencatat ekspor sarang burung walet Indonesia ke Tiongkok pada 2017 meningkat 175 persen dengan nilai mencapai 87,4 juta dolar AS.

Dalam pelepasan ekspor manggis di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, akhir pekan lalu, Kepala Badan Karantina Pertanian, Banun Harpini mengatakan kinerja ekspor produk pangan ke Tiongkok, khususnya sarang burung walet terbilang menggembirakan mengingat Indonesia sebagai negara penghasil sarang burung walet terbesar di dunia.

“Ekspor walet kita posisinya mencapai 87,4 juta dolar AS atau sekitar Rp1,5 triliun. Posisi ini meningkat 175 persen dibanding 2016 yang sebesar 31,74 juta dolar AS,” ucap Banun.

Dengan peningkatan yang signifikan tersebut, Indonesia pun berhasil merebut pangsa pasar menjadi 71,3 persen dibandingkan negara lainnya pengekspor sarang burung walet, salah satunya Malaysia.

Berdasarkan data statistik impor Tiongkok untuk komoditas sarang burung walet, pangsa pasar Indonesia dan Malaysia pada 2016 masing-masing sebesar 59 persen (31,74 juta dolar AS) dan 40 persen (21,86 juta dolar AS).
Namun pada 2017, pangsa pasar Indonesia meningkat menjadi 71,3 persen, sedangkan Malaysia turun sebesar 28,6 persen.

Untuk meningkatkan produktivitas budi daya sarang burung walet, Badan Karantina Pertanian proaktif melakukan identifikasi rumah walet yang ada di wilayah UPT (unit pelaksana teknis) Kementerian Pertanian. Saat ini, sudah ada 186 rumah walet yang terregistrasi baik di Indonesia maupun di Tiongkok.

Selain ke Tiongkok, sarang burung walet juga diekspor ke Amerika Serikat, Australia dan sejumlah negara Eropa. Namun, ekspor terbesar memang ke Tiongkok mengingat bahan makanan ini umumnya dikonsumsi pada hari istimewa, seperti Tahun Baru Imlek.

Selain sarang burung walet, Badan Karantina Pertanian Kemtan tengah menyasar pasar ekspor untuk buah nanas dan buah naga ke Tiongkok mengingat ada permintaan cukup besar pada komoditas tersebut.
Banun mengatakan Indonesia bisa memanfaatkan peluang mengeskpor kedua buah-buahan tersebut apalagi Tiongkok tidak menetapkan kuota impor mereka.

“Kami sedang mendampingi para eksportir untuk ekspor buah naga dan nanas ke Tiongkok karena ada permintaan cukup besar dan ekspor ini tanpa kuota,” kata Banun.

Dia menjelaskan Tiongkok meminta agar Indonesia menambah segmentasi pasar ekspor sebesar 10 persen, khususnya pada produk pertanian dan pangan, mengingat negara tersebut juga tengah mendorong pertumbuhan ekonomi melalui konsumsi pangan masyarakatnya Badan Karantina Pertanian pun terus melakukan edukasi dan pendampingan kepada para eksportir melalui program inline inspection karantina. Program itu merupakan kesatuan sistem pengawasan dari hulu hingga hilir meliputi penilaian benih unggul, teknik budi daya yang baik (Good Agricultural Practice) dan penanganan pasca panen yang baik (Good Handling Practice) guna mencegah adanya cemaran hama penyakit sejak dari kebun. Adapun rencana ekspor nanas dan buah naga diupayakan bisa terlaksana dalam waktu dekat.

Sebelumnya, produk buah yang diekspor dalam jumlah besar ke Tiongkok yakni manggis. Indonesia berupaya memenuhi permintaan manggis ke Tiongkok sebesar 2.000 ton menjelang Tahun Baru Imlek. [KP-04]

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*