Bersama Petani, IPB University dan MSI Bahas Rantai Nilai Singkong

Lokasi riset cassava IPB University di Jonggol, Bogor

Jakarta, Kabarpangan.com – Puluhan warga Desa Singasari, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, membahas rantai nilai singkong bersama para peneliti dari Riset Inovatif Produktif (Rispro) IPB University. Dalan Focus Group Discussion (FGD) itu, para petani, pengolah dan penjual singkong berharap adanya kepastian pasar dan harga yang layak.

Baca : Saus dan Wisata Kampung “Eksklusif”, Panen Singkong Rp 50.000 Per Pohon

Wakil Kepala Bidang Inovasi dan Alih Teknologi, Lembaga Kawasan Sains dan Teknologi (LKST) IPB University Dr Tri Prartono mengatakan FGD bertujuan untuk membuat pemetaan rantai nilai komoditas singkong (cassava) dari hulu hingga hilir. Dalam kegiatan itu juga dihadiri perwakilan pengurus dan petani Masyarakat Singkong Indonesia (MSI) Bogor Raya.

Dikatakan, penelusuran mata rantai ini dapat menjadi awal titik terang pembuatan role model agrobisnis singkong yang berkelanjutan. “Berkelanjutan yang dimaksud adalah progam ini bisa diwariskan ke masyarakat yang nantinya akan melanjutkan agrobisnis cassava pada tahun-tahun berikutnya,” ujar dosen IPB University dari Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan ini.

Baca : Penggunaan Alsintan Makin Masif di Lokasi Food Estate

Heriyanto Soba dan Gozali dari MSI Bogor Raya sangat mendukung agar riset IPB University dalam pengembangan singkong tersebut bisa diimplementasikan dalam masyarakat. Apalagi, Bogor dan Jawa Barat secara umum merupakan sentra pengolahan singkong yang sudah lama berkembang.

“Semoga riset dari hulu ke hilir ini bisa memberikan nilai tambah bagi petani dan pengolah singkong. Ini sangat penting agar tidak ada lagi harga anjlok ketika petani hendak panen singkong,” kata Gozali, petani yang juga sering mengolah singkong untuk berbagai kuliner.

Acep, salah satu petani Desa Singasari merasakan selama ini harga singkong cenderung turun menjelang panen. Hal itu membuat para petani menanam seadanya saja karena bukan menjadi komoditas andalan. Sedangkan pengolahan singkong di Singasari pun masih sangat terbatas pada kuliner umum, seperti gorengan, keripik dan combro. [KP-04] kabarpangan.id@gmail.com

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*