Bapanas Dorong Makanan Lokal, Singkong Minim Perhatian

JAKARTA, KP – Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan bahwa pemanfaatan penganekaragaman makanan lokal yang ada di Tanah Air dengan maksimal, dapat mencegah Indonesia dari krisis pangan global.

“Indonesia ini dianugerahi beragam sumber pangan yang tentunya jika kita bersama-sama manfaatkan dapat mencegah negeri ini dari ancaman krisis pangan global,” kaya Arief dalam keterangan di Jakarta, Sabtu.

Menurut Arief dengan memasifkan penganekaragaman konsumsi pangan dalam negeri, yang bukan hanya pada beras, menopang ketahanan pangan nasional melalui potensi pertanian.

Arief menuturkan selain berfokus pada aspek ketersediaan dan stabilitas pangan, pihaknya juga memiliki tugas dan fungsi mendorong konsumsi pangan berbasis kearifan lokal. Bapanas mendorong terbangunnya sinergi dan kolaborasi dengan berbagai pihak, kementerian dan lembaga, pemerintah daerah, komunitas petani, serta sektor swasta, untuk mendorong produksi, distribusi, dan konsumsi pangan lokal yang beragam dan bernilai gizi tinggi.

Direktur Penganekaragaman Konsumsi Pangan Bapanas Rinna Syawal mengatakan mengatakan upaya sosialisasi dan kampanye pangan Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA) terus digencarkan bersama pemangku kepentingan terkait melalui berbagai program yang menjangkau berbagai lapisan masyarakat. Ia menyebutkan pada 2024 Bapanas melaksanakan program B2SA Goes to School (BGtS) di 385 sekolah tersebar di 34 provinsi.
Selain itu, terdapat program Desa B2SA yang di dalamnya terdiri dari tiga pilar komponen ketahanan pangan yakni Teras Pangan, Gerai Pangan, dan Rumah Pangan. “Pada tahun 2024, program ini menyasar 175 desa di 33 provinsi di seluruh Indonesia,” kata Rinna.

Tidak hanya itu, lanjut Rinna, Bapanas mengakselerasi konsep pangan B2SA yang berbasis pada potensi pangan lokal juga memberikan fasilitasi sarana dan prasarana pengolahan produk pangan lokal kepada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di daerah agar memiliki nilai tambah dan daya saing kuat. “Fasilitasi ini dialokasikan di 34 lokasi yang terbagi di 10 lokasi di pusat dan 24 lokasi di daerah melalui mekanisme dekonsentrasi,” kata Rinna.

Sekalipun mendorong pangan lokal, edukasi dan implementasinya masih sangat minim. Informasi kabarpangan.com menyebutkan minimnya pangan lokal itu bisa dilihat dari komoditas singkong. Padahal, berbagai olahan makanan dari singkong sangat beragam dan sudah menjadi tradisi masyarakat. Saat ini, singkong tidak mendapatkan pupuk subsidi sehingga usaha hulu-hilir singkong tidak banyak diminati. [PR/KP-5]

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*