Balittas Uji Tiga Varietas Unggul Pisang Abaka

Serat pisang abaka (Ist)

Jakarta, Kabarpangan.com – Badan Penelitan dan Pengembangan pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian melepas tiga varietas unggul pisang abaka sejak Oktober 2019 lalu. Ketiga varietas itu sudah diuji coba di Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas).

Dalam rilis yang disampaikan pada September 2020 lalu, Balitbangtan menyebutkan dari hasil uji multilokasi terhadap 10 klon abaka berpotensi produksi tinggi diperoleh 3 klon unggul yang kemudian diusulkan untuk dilepas menjadi varietas unggul baru pada sidang pelepasan varietas perkebunan pada 18 Oktober 2019. Tiga klon tersebut dinyatakan lulus dengan nama Hote Abakatas1, Hote Abakatas2, dan Hote Abakatas3. Dari ketiga klon tersebut mempunyai beberapa kekhususan dalam jumlah batang/rumpun, bobot batang segar (kg), produksi serat (kg), produktivitas serat (kg/ha/th), kekuatan serat (g/tex).

Dijelaskan, potensi pisang abaka sangat diperlukan dalam industri berbahan baku serat alam. Serat abaka terkenal dalam perdagangan internasional sebagai serat berkualitas tinggi. Dibandingkan dengan serat alam lainnya seperti jute, kenaf, sisal dan lainnya. “Serat abaka memiliki keunggulan yakni lebih kuat, panjang, lenting, lentur, tahan lembab, tahan air garam dan air tawar,” demikian rilis tersebut.

Keunggulan tersebut membuat serat abaka sering dimanfaatkan sebagai pembungkus kabel bawah laut, tali-temali kapal, kertas uang dan kertas-kertas khusus berkualitas tinggi lainnya seperti kertas cheque dan kertas yang termasuk dalam security papers lainnya, mimeograph, kantong teh celup, tisu, tekstil, geotekstil serta karpet dan bahan industri lain.

Menurut FAO 2017, kebutuhan serat abaka internasional tercatat sebesar 600.000 ton serat per tahun, sedangkan produksi serat abaka internasional tahun 2015 hanya sekitar 78.200 ton per tahun. Dari jumlah itu, Filipina sebagai produsen utama memasok sebesar 67.300 ton, diikuti Ekuador sebesar 8.600 ton dan negara-negara lain 2.300 ton.

Merujuk dari data tersebut, peluang pengembangan perkebunan pisang abaka di Indonesia sangat besar. Potensi pengembangan abaka berbanding lurus dengan semakin potensialnya pasaran internasional, terutama untuk memenuhi permintaan negara-negara maju seperti Jepang, Amerika Serikat dan negara-negara Eropa.

Pada Juli lalu, Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara(Sulut) untuk pertama kali mengekspor serat pisang abaka (Musa textilis) ke Jepang.
“Serat pisang abaka yang diekspor ke Jepang sebanyak enam ton dengan nilai ekonomi Rp 194 juta, sudah dilakukan tindakan karantina terlebih dulu dan telah diterbitkan Phytosanitary Certificate (PC) sebagai persyaratan ekspor,” kata Kepala Karantina Pertanian Manado, Donni Muksydayan Saragih, di Manado.

Ekspor serat abaka diberangkatkan melalui Pelabuhan Bitung ke Jakarta untuk selanjutkan ke pasar Jepang.

Donni mengatakan, melalui wilayah kerjanya di Tahuna telah melakukan serangkaian tindakan karantina pertanian untuk memastikan komoditas ekspor ini sehat dan aman.
Dalam waktu dekat, kata Donni, akan bekerja sama dengan pemerintah daerah melalui dinas terkait dan para pelaku usaha untuk mendorong membangun sentra pertanian komoditas abaka. Apalagi, sudah banyak petani di Talaud yang membudidayakannya.

“Dengan jumlah produksi serat abaka yang semakin meningkat, kita dorong agar bisa memenuhi pasar global dalam jumlah besar. Kami lagi jajaki untuk lakukan ekspor langsung dari Sulut agar makin meningkat daya saingnya,” jelas Donni. [KP-04]

kabarpangan.com || kabarpangan.id@gmail.com

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*