Kupang, Kabarpangan.com – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalihkan anggaran pembibitan ternak babi senilai Rp 2 miliar pada akhir April 2020 lalu untuk penanganan dampak Covid-19. Minimnya dana tersebut membuat provinsi kepulauan ini sulit mengatasi virus African Swine Fever (ASF) atau flu babi yang menyerang ternak babi di NTT.
Menteri Pertanian Syahril Yasin Limpo (SYL) pun menyalurkan bantuan obat-obatan dan cairan disinfektan untuk mengatasi virus ASF yang diserahkan langsung kepada Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat di Kupang, Jumat (29/5/2020).
Bantuan yang diberikan pemerintah pusat itu terdiri dari Alat Pelindung Diri (APD) 200 buah, cairan disinfektan 1.100 liter, alat semprot sebanyak 160 buah dan suplemen 7.375 kg.
Syahril mengatakan upaya mengatasi pandemi flu babi yang sedang menimpa peternak babi di NTT dapat diatasi dengan mengisolasi ternak yang ada sehingga virus tidak menyebar. “Kami tidak merekomendasikan pemusnahan massal. Hanya dengan melakukan isolasi maka virus ASF ini bisa diatasi,” kata Syahril seperti ditulis Antara.
Dia menjelaskan, kepala daerah di NTT yang daerahnya terjadi kasus serangan virus ASF perlu melakukan pengawasan secara ketat terhadap lalulintas ternak babi, sehingga virus ASF tidak menular ke ternak babi di wilayah lain.
Menurut Mentan, bantuan vaksin tersebut diharapkan mampu mengendalikan serangan penyakit ASF yang sejauh ini telah menyerang 7.000 ekor ternak babi milik warga NTT.
Baca : Ribuan Babi Mati di Sumut Terindikasi ASF, NTT Harus Waspada
Ia mengatakan ternak babi juga menjadi kekuatan ekonomi karena untuk kebutuhan ekspor.
Sebelumnya, Kepala Dinas Peternakan NTT Dani Suhadi mengatakan pengalihan sesuai perintah Gubernur NTT (Viktor Bungtilu Laiskodat, Red) agar dilakukan pemotongan belanja yang tidak bersentuhan langsung dengan masyarakat yang terdampak Covid-19.
Dia menjelaskan, anggaran tersebut sebelumnya dialokasikan untuk belanja pembibitan babi yang akan diternakkan di unit pelaksana teknis (UPT) milik pemerintah provinsi setempat.
“Kegiatan pembibitan ini dalam rangka untuk penerimaan pemerintah provinsi, namun dialihkan karena ada kebutuhan lain yang lebih mendesak terkait penanganan Covid-19,” katanya lagi.
Dani mengatakan saat ini di NTT terutama di Pulau Timor juga masih dihadapkan pada masalah terkait serangan ASF. Hingga akhir April lalu, kasus kematian babi akibat serangan Virus ASF itu mencapai 6.998 ekor. Kasus tersebut terjadi pada seluruh wilayah di Pulau Timor, dan yang lebih dominan di Kabupaten Kupang.
Menurut dia, serangan ASF ini tidak hanya terjadi pada ternak babi milik masyarakat, namun juga di pusat pembibitan milik pemerintah provinsi.
“Karena kondisi yang lagi seperti ini, maka pembibitan babi kita kurangi dan anggarannya dialihkan untuk penanganan dampak COVID-19,” katanya. [KP-05]
kabarpangan.com || agrifood.id@gmail.com
Be the first to comment